Putut Trihusodo
Night Shyamalan telah meninggalkan hantu yang membesarkannya. Ia seperti asyik dengan dirinya. Kualitas film sebagai tontonan massal merosot.
LADY IN THE WATER
Sutradara: M. Night Shyamalan
Skenario: M. Night Shyamalan
Pemain: Paul Giamatti, Bryce Dallas Howard, Jeffrey Wright, Bob Balaban, Sarita Choudhury, Cindy Cheung, M. Night Shyamalan
Produksi: Warner Bros Pictures (2006)
Durasi: 110 menit
Kolam renang berkecipak riuh pada sebuah malam, dan sesosok perempuan muncul di permukaan air. Hanya sekejap lalu menghilang. Peristiwa itu dipergoki Cleveland Heep, pengawas di Apartemen Cove, tempat kejadian perkara. Heep, yang dimainkan secara menawan oleh aktor Paul Giamatti, pun nyebur ke swimming pool mengubernya.
Tapi sosok yang dicari seperti lenyap ditelan bumi. Heep terus menyelam sampai kepayahan, lalu cut... adegan pindah ke ruang apartemen Heep yang sumpek. Sang pengawas terbangun di tempat tidurnya dan kaget. Perempuan muda yang dicarinya sudah ada di sofanya. Perkenalan unik pun terjadi. ''Nama saya Story,'' kata gadis misterius itu. Dari sana, cerita Lady in the Water, film terbaru garapan sutradara berbakat M. Night Shyamalan, 36 tahun, bergulir.
Story mengaku dirinya peri. Meski tidak percaya, Heep tetap berlaku ramah. Ia mendesak Story pergi, bahkan menggendongnya keluar. Namun, sampai di halaman, ia melihat sosok seram. Ada hewan buas, mirip serigala, siap menyerang. Heep pun mundur sambil menggendong Story ke apartemennya. Peri itu dimainkan oleh Bryce Dallas Howard, artis yang menjadi pemeran utama dalam film Shyamalan sebelumnya, Village (2004).
Heep menceritakan keanehan itu ke para penyewa Cova, termasuk Vick, pemeran pembantu yang dimainkan Shyamalan sendiri. Seorang penghuni akhirnya bercerita bahwa kisah peri misterius itu pernah didengar dari penuturan ibunya. Sang peri itu terancam dibunuh oleh serigala jahat yang bersembunyi dalam kegelapan. Gara-gara ancaman maut itu, sang peri harus sembunyi dalam gua air bawah lantai kolam renang. Persoalannya, Story tidak punya waktu panjang lagi. Ia harus kembali ke langit, dijemput seekor garuda.
Kembalinya Story ke langit akan membawa kebaikan bagi dunia. Tapi, bagaimana ia bisa diselamatkan dari ancaman si iblis. Di situ para penghuni Cova bekerja sama dengan tulus untuk mengawalnya.
Meski film ini masuk genre mistery thriller, penonton jangan berharap memperoleh suguhan sensasi ketegangan. Shyamalan meninggalkan sosok hantu yang pernah membesarkannya lewat film Sixth Sense (1999). Ia juga tidak mau mengajak penonton pusing serius menelusuri misteri science fiction-nya seperti dalam film Signs (2002). Jejak suasana misteri yang magis dalam Village juga tak terlihat dalam Lady in the Water.
Shyamalan meraih sukses pertamanya melalui Sixth Sense dengan memboyong bintang tenar Bruce Willis, yang kemudian ia ajak lagi dalam Unbreakable (2000). Ketika menyutradarai film horor ini, ia masih 28 tahun. Hasilnya, Sixth Sense meraih enam nominasi Oscar, antara lain untuk penyutradaraan, orisinalitas cerita, serta gambar. Secara bisnis untung besar karena mendatangkan pemasukan hampir US$ 300 juta. Dalam Sixth Sense, Shyamalan secara berani menjungkirbalikkan garis batas antara dunia nyata dan dunia roh.
Rupanya, ia tak benar-benar tertarik pada dunia roh. Dalam dua film berikutnya, ia mengombinasikan fiksi ilmiah dan kepercayaan supernatural. Cukup cespleng. Ia membangun suspens tanpa harus mengeksploitasi darah dan kekerasan. Kekuatannya bertumpu pada kejutan-kejutan kecil di sepanjang film. Secara bisnis, keduanya juga bagus. Lantas ia kembali masuk nominee Oscar untuk musik pada Village.
Dalam Lady in the Water, Shyamalan bereksperimen lagi dengan mengangkat cerita yang ia biasa bawakan sebagai pengantar tidur putranya. Ia menggarap film ini tanpa pretensi membuatnya menjadi seram. Ia sedang seperti menyutradarai teater atau tonil. Blocking pemain diperhatikannya betul untuk menghasilkan komposisi gambar yang matang. Di sana-sini muncul adegan teatrikal. Kadang jenaka. Bahkan serigala iblisnya pun dibikinnya hampir lucu. Orisinalitasnya terjaga.
Namun eksperimennya itu membuat film terbarunya ini kurang asyik sebagai tontonan. Hasil pemutaran di minggu pertamanya pas-pasan saja. Shyamalan tampak terlalu asyik dengan dirinya. Jangan-jangan, pria kelahiran India yang tumbuh di Pennsylvania itu sedang bereksperimen menjadi aktor, peran yang justru bukan sisi kekuatannya.
Gatra, 21 Agustus 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar